Jumat, 24 Agustus 2012

Mengamati Kontrolversial ajaran Darmo Gandul

Masuknya Islam ke Tanah Jawa ternyata menyimpan cerita yang sungguh luar biasa. Salah satunya terekam dalam Serat Darmo Gandhul yang kontroversial itu. Dalam serat yang aslinya berbahasa Jawa Kuno itu dipaparkan perjalanan beberapa wali, juga hambatan dan benturan dengan budaya dan kepercayaan lokal
Penulis serat ini tak menunjukkan jati diri aslinya. Ada yang menafsirkan, pengarangnya adalah Ronggo Warsito. Ia pakai nama samaran Ki Kalam Wadi, yang berarti rahasia atau kabar yang dirahasiakan. Ditulis dalam bentuk prosa dengan pengkisahan yang menarik. Isi Darmo Gandhul tentu saja mengagetkan kita yang selama ini mengira bahwa masuknya agama Islam di Indonesia dilakukan dengan cara damai tanpa muncratan darah, terpenggalnya kepala dan tetesan air mata. Kaburnya para pemeluk Hindu dan Budha ke berbagai wilayah, misalnya ke Pulau Bali, ke kawasan pegunungan dan hutan rimba, adalah salah satu pertanda bahwa mereka menghindari tindakan pembantaian massal oleh sekelompok orang yang ingin menggulingkan kekuasaan berkedokkan agama.

Terkait dengan kisah Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Ini adalah versi yang tidak lengkap, bersumber dari Tabloid Posmo terbitan Surabaya. Anda bisa baca dan menilai sendiri. Hanya agar lebih enak untuk dibaca, Posmo menyuntingnya disana-sini. Yang perlu dicatat, pembaca sendiri harus kritis menyikapi isi cerita yang mungin amat tendensius ini.

Serat Darmo Gandhul pernah diterbitkan oleh Dahara Prize – Semarang berukuran 15 cm x 15 cm. Berikut ini adalah tulisan tentang Serat Darmo Gandhul yang dimuat berseri di Tabloid Posmo terbitan Surabaya. Isi dari serat ini rasanya masih relevan dikaitkan dengan zaman sekarang, dimana mulai bermunculan kelompok fundamentalis Islam, terorisme yang mengatas namakan agama, dan juga kelompok-kelompok yang bermimpi untuk mendirikan kekhalifahan Islam di negeri ini, dan juga di negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Tokoh terkait:
- Darmo Gandhul - murid Ki Kalam Wadi
- Ki Kalam Wadi - penulis serat
- Raden Budi - guru Ki Kalam Wadi
- Prabu Brawijaya - Raja Majalengka (Majapahit)
- Putri Campa (Dwarawati? Dara Petak?) - permaisuri Prabu Brawijaya
- Sayid Rahmad - kemenakan Putri Campa (Sunan Ampel)
- Sayid Kramat - Sunang Bonang
- Raden Patah (Babah) - putra Prabu Brawijaya/Adipati Demak/Senapati Jimbuningrat/
Sultan Syah Alam Akbar Khalifaturrasul Amirilmukminin Tajudil Abdulhamid Khak/Sultan Adi Surya Alam di Bintoro.
- Raden Kusen (Raden Husen/Raden Arya Pecattanda) - saudara kandung Raden Patah (lain ayah)
- Ki Bandar - sahabat Sunan Bonang
- Bandung Bondowoso
- Nyai Plencing - dedemit
- Buta Locaya - raja dedemit (mantan Patih Sri Jayabaya)
- Ni Mas Ratu Pagedongan (Ni Mas Ratu Angin-Angin)
- Kyai Tunggul Wulung
- Kyai Patih
- Syech Siti Jenar
- Tumenggung Kertosono
- Sunan Giri
- Arya Damar - Bupati Palembang
- Patih Mangkurat
- Setyasena - komandan pasukan Cina Islam
- Bupati Pati
- Adipati Pengging
- Adipati Pranaraga
- Sabdo Palon
- Naya Genggong

Sunan kali jogo kemudian mengucapkan sahadat: ashadualla illa hailallah wa ashadu anna muhamadarosulullah .yang artinya : tiada tuhan melainkan allah dan muhammat adalah rosul Allah , kemudian sunan kali jogo menjelaskan arti dari kalimat itu kepada parabu browijoyo terakhir : “Orang yang menyembah kepada arah dan tidak tau wujut itu sama artinya dengan kapir , selain itu orang yang menyembah pada puji yang ber sifat wujut di alam itu namanya menyembah berhala , makanya orng itu harus mengetahui lahir dan batinnya , makanya orng berucap harus tau apa yang di ucapkan .
Kemudian apa arti Nabi Muhamat rosullah : Muhamat itu adalah keadaan kubur , jadi badan manusia itu semuanya adalah keadaan kubur dari roso pangroso , atau sama artinya kita memuji badan kita sendiri bukannya memuji Nabi Mohamay di arab , raga manusia itu adalah wakil Allah / bayangan Allah yang ber wujut roso pangroso , rosul artinya Roso kang nusuli / rasa yang terlahir , rasa yaitu makanan yang berada di lisan .
Nusuli yaitu naik ke surga , Lullah yaitu artinya luluh jadi Lumpur , kemudian di sebut rosullullah yaitu rasa yang tidak baik ber bau salah , kemudian di jadikan satu Muhamad rosululloh artinya yaitu 1.merasakan badan 2.merasakan makanan , sudah jamaknya manusia itu mengagung agungkan rasa dan makanan makanya di sebut Muhamat Rosulullah .
Sebab dari itu kenapa apabila kita sembahyang mengucapkan “usolli” itu artinya melihat asal muasal dari diri kita sediri yang berasal dari roh idlofi / roh suci / rohnya Muhammad Rosul . artinya rosul itu rasa . yaitu kularnya rasa kehidupan yang keluar dari anggota badan yang terbuka karena ashaduala , apa bila tidak mengerti artinya sahadat maka tidak tau rukun islam dan tidak akan tahu porwaning dumadi / awal mula kejadian”. Demikian penuturan sunan kali jogo panjang lebar sehingga sang Prabu Browijoyo pamungkas mau masuk islam .

Kemudian parabu Browijaoyo minta di cukur raambutnya oleh sunan kali jogo akan tetapi rambutnya tidak mempan di potong , makanya sunan kali jogo kemudian matur kepada sang prabu browijoyo supaya masuk islam secara lahir batin karena apabila Cuma
Islam lahirnya saja rambutnya tidak mempan di potong .Kemudian sang prabu Browijoyo berkata bahwa islam nya lahir batin , barulah rambutnya bias di potong .
Setelah memotong rambutnya kemudian prabu Browijoyo menemui abdi kinasih nya Sabdo Palon dan Noyo Genggong dan berkata : “ kamu berdua sekarang aku beri tahu bahwa sejak hari ini aku meninggalkan agama budha dan berganti menjadi agama islam dan menyebut asma Allah yang sejati dan kamu sekalian aku ajak berganti agama Rosul dan meninggalakan agama budha .Sabdopalon berkata dengan sedih “Saya ini ratu dahhyang yang rumekso tanah Jawa , siapapun yang jadi raja menjadi momongan ku semenjak dari leluhur paduka dahulu Sang wiku Manu manusa , Sakutrem dan bambang Sakri turun temurun sampai sekarang saya mengasuh wiji tanah jawa , saya kalo tidur sampai 200 tahun selama saya tidur pasti ada peperangan sodara musuh sodara dan yang nakal pada makan manusia , makan bangsanya sendiri , sampai sekarang usiaku sudah 2000 lebih 3 tahun mengasuh wiji tanah jawa tidak ada yang bersalin agamanya patuh / netepi agama budha , baru paduka yang mau meninggalkan pikukuh / ajaran luhur jawa.
Jawa itu artinya mengetahui , narimo / berserah diri kemudian di sebut jawan .Suka numpang numpang nanti akibatnya menyulitkan kematian paduka besok , Sabda wiku utama di jawab oleh alam yang bergetar Sang Prabu Browijoyo di marahi oleh jawoto karena mau masuk agama rosul yang di tandai oleh di tambahnya 3 jenis mahluk di dunia yaitu 1 . yang bernama rumput jawan 2. padi Rondonunut 3. padi Mriyi.
Sang prabu kemudian bertanya lagi bagai manakah yang menjadi kemantapanmu mau atau tidak meninggalkan agama budha dan berganti agama rasul , menyebut nabi muhamad Rosulullah sebagai panutan para nabi lan menyebut asma Allah pangeran Yang Sejati.

Sabdopalon berkata dengan sendu “ paduka masuk sendiri , saya tidak tega melihat watak yang aniyaya seperti orang – orang Arab. Aniyaya itu artinya suka meng hukum dan lagi suka meng aniyaya raga , apabila saya berganti agama pasti akan menyulitkan kematian saya , yang mengatakan mulya itu kan orang Arab dan orang islam semua yang memuji agamanya sendiri , saya setia kepada agama lama , menyebut Dewo Ingkang Linangkung
Jagad ini adalah raganya dewo yang bersipat budi dan hawa , sudah menjadi jamaknya manusia itu patuh kepada eling dan budi keinginan jadi tiak menyulitkan .Apabila menyebut nabi Muhamad Rosullulloh , artinya Muhamad itu keadaan di kubur yaitu keadaan rasa yang salah hanya mengagungkan rasa badan tempat kotoran , sukanya makan enak tidak tau akibat yang di rasakan nanti . makanya di sebut Muhamad yaitu tempatnya rasa selurauh badan . Roh idlofi itu artinya roh awal / roh asal / roh suci apabila sudah rusak akan kembali ke asalnya kemmudian paduka Sang Prabu Browijoyo mau pulang ke mana . Adam itu menjadi satu dengan hyang Brahim yang artinya kebrahen / tertipu di dalam hidupnya , tidak menemuka rasa yang sejati , tetapi lahirnya rasa wujut badan . di sebut Muhamadun , tempat bersemayamnya rasa jasatnya budi jadi wujut manusia dan rasa. Apabila sudah di ambil oleh yang maha Kuasa Paduka menjadi manusia seutuhnya itu terjadi dengan sendirinya lantaran menahan keburukan , jadi bapak dan ibu tidak membuat , makanya di sebut anak karena (wontenipon wujut piyambak ) / adanya dengan sendirinya terjadinya dari gaib yang samar dari kehendak Lotowalhujwa yang menyelimutu segala wujut , terjadi dengan sendirinya dan rusak dengan sendirinya pula , Apabila telah di ambil yang Maha Kuasa hanya tinggal rasa dan perasaan yang paduka bawa , apabila menjadi Demit penunggu tanah itulah yang nista , hanya menunggui daging yang amis yang telah luluh jadi tanah.Semuanya itu tetap tidak ada gunanya di karenakan hanya kurangnya pengetahuan nya . Dikala hidupnya tidak memakan buah pohon Budhi dan buak pohon pengetahuan

hanya nrimo mati sebagai setan , makan tanah dan mengharap kiriman sesaji di kemudian hari memberi kiamat kepada anak cucu nya . Orang mati tidak terikat oleh peraturan lahiriah sudah pasti sukma berpisah dengan budi apabila tekatnya baik maka akan menerima kemuliaan akan tetapi apa bila tekatnya nyasar maka akan menerima siksanya .
Sekarang coba paduka jawab pertanyaan saya ? “ Aku mau pulang kepada asal , asal nor kembali ke nor” jawab prabu browijoyo.Sabdopalon bertutur lagi “ itulah pengetahuan orang yang bingung dikala hidupnya merugi tidak punya pengetahuan budhi , belum makan buah pengetahuan dan buah dari pohon budhi , berasal dari satu pulang satu itu bukan mati yang utama . Sedangkan mati yang utama adalah satus telung puluh : yang di sebut satus itu putus , telu itu tilas / bekas , puloh itu pulih mawujut lagi , wujutnya rusak tetapi yang rusak hanya yang berasal dari roh idofi saja , hidupnya langgeng akan tetapi raga telah pisah dengan sekma , itulah yang di sebut sahadat tanpa ashadu , berganti dengan roh suci / roh asal , sasi surup / rembulan terbenam pasti dari mana awalnya , yaitu berawal dari semenjak jadi manusia .surup artinya sumurup / mengetahi awal tengah sampai akhir , teguhlah jangan sampe goyah dari pusatnya membawa sir cipta awal “.Sang prabu berkata “ cipta saya akan ikut / nempel kepada orang linuwih “
Sabdopalon menjawab “ itu adalah orng yang kesasar seperti benalu yang menempel pada pepohonan yang besar tidak mandiri kemuliaannya hanya dari pemberian orang lain , itu bukan mati yang utama itu adalah matinya orang nista sukanya numpang – numpang tidak mandiri apabila telah di uasir kemudian nglambarang / pergi tanpa tujuan jadi berkasaan dan kemudian menempel kepada yang laen “.
Sang prabu berkata lagi : “ aku berasal dari kosong dan akan kembali kepada kosong , seperti sebelum aku terlahir belum ada apa – apa jadi matiku nanti akan seperti itu”.
Sabdopalon menjawab : “Itu adalah orang yang mati karena bunuh diri , tidak percaya ilmu ketika hidupnya seperti binatang , hanya makan , minum dan tidur , yang demikian itu hanya akan gemuk kebanyakan daging jadi bisa dikatakan hanya nrimo minum air kencing saja , hilang lah hidupnya di alam kematian “ .
Sang prabu berkata : “ aku akan menunggui makam apa bila telah luluh jadi debu “.
Sabdopalon mhnjawab:”itulah matinya orng bodoh matinya jadi setan kuburan , menunggui daging yang telah luluh jadi tanah , tidak tahu apabila biasa berganti roh idofi baru . jangankan itu non saja belum tentu tau”.
Sang prabu berkata : “ aku akan Mokso sampai dengan ragaku “
Sabdopalon menjawab: “ apa bila orang yang ber agama rosul dapat di pastikan tidak akan bisa mokso , tidak akan kuwat menelan raganya karena gemuk kebanyakn daging , orang yang mati mokso itu celaka , karena mati tetapi tidak meninggalkan jasad , itu namanya tidak sahadat tidak hidup dan tidak mati , tidak akan bisa kembali menjadi roh idofi baru dan hanya akan menjadi gunungan demit saja “.
Sang prabu berkata : “Aku tidak ingin apa – apa , tidak ber ihtiar menolak atau memilih , hanya terserah yang maha kuasa saja “.
Sabdopalon menjawab :”Paduka meninggalkan sifat , tidak merasa apa bila tercipta mempunyai suatu kelebihan , meninggalkan kewajiban sebagai manusia , manusia itu berhak menolak dan memilih , apabila sudah pasrah menjadi batu apa perlunya mencari ilmu kamulyaning pati “.
Sang prabu berkata : “ ciptaku akan pulang ke ahirat naik sorga menghadap Hyang Maha Kuasa”.
Sabdopalon menjawab:”Aherat , suwargo sudah paduka bawa ke mana – mana , jagatnya manusia itu sudah lengkap alam sahir dan kabir , ketika semenjak berujut adam sudah lengkap ahirat , suwargo , neroko , arsy , kursy kemudian Paduka mau pergi ke ahirat mana , nanti kalo kesasar looo.., padaha yang namanya ahirat itu artinya mlarat , di manapun ada aherat , kalo bisa malah saya hindari , jangan sampai saya pulang kepada kemlaratan naik ke ahirat adil negari , apa bila salah dalam menjawab pasti di hukum , di ikat dan di paksa untuk bekerja berat dan lagi tidak di upah . Masuk aherat Nusa Srenggi
Nuso artinya manuso sreng artinya pekerjaan yang berat sekali enggi artinya pekerjaan , jadi atrinya manusia dipaksa bekerja kepada ratu nuso srenggi , apa tidak ciloko manusia hidup di dunia seperti itu tadi , seluruh keluarganya hanya makan beras sejimpit , tanpa ikan , sambal maupun sayur,itu adalah ahirat yang kelihatan di toto lahir, apabila ahiratnya orang mati melebihi itu , paduka jangan sampae pulang ke aherat , jangan sampae naik ke sorga , nanti kalo kesasar, banyak rojo koyo yang berada di situ, semua Cuma nrimo berselimutkan tanah , hidupnya bekerja dengan pak saan , tidak salah di cambuk, paduka jangan sampe menghadap gosti Allah , karena gosti Allah itu tidak ber warna dan tidak ber rupa , wujutnya hanya Asmo yang meliputi dunia dan aherat , paduka belum kenal , kenalnya hanya kenal seperti cahaya lintang dan rembulan , bertemunya cahaya bersinar menjadi satu , tidak pisah dan tidak menjadi satu , jauhnya tidak terkira , dekat tapi tidak bersinggungan , saya saja tidak bisa dekat apalagi paduka , Kanjeng Nabi Musa saja tidak kuat melihat cahayanya , maka Allah tidak kelihatan , hanya Dzatnya yang meliputi seluruh wujut , paduka wiji rohani bukan dari golongan malekat , manusia raganya berasal dari nutfah , menghadap Hyang Lotowalhujwa , apabila tempatnya sudah tua minta yang baru jadi tidak bolak balek , yang di sebut mati dan hidup, yang hidup napasnya masih berjalan , artinya hidup yang langgeng tidak berubah dan tidak menjadi tua , yang mati hanya raganya , tidak merasakan kenikmatan , makanya bagi orang yang ber agama budha , apabila jasatnya sudah tua , sukmanya keluar minta ganti jasat yang bagus

agatnya manusia itu langgeng tidak berubah yang berubah itu keadaan rasa , yaitu raga / wadak yang berasal dari roh idlofi.
Prabu Browijoyo tidak lah muda dan tidaklah tua , tetapi langgeng ditengah tengah jagat paduka , berjalan tidak bergerak dari tempatnya , berada di dalam gua sir cipta yang hening . Bawalah bawaanmu , membawa dan memakan raga , asksara telah leyab , hitungan jumlahnya telah terkumpul , melesat dengan utuh . Melihat jantung katub kiri , surut karena sir cipta , bertujuan di cetho cethik cethak (lidah menempel di atas langit – langit) itulah puncak dari pengetahuan , pengetahuannya orang budha , masuk nya roh berjalan melalui cethak , berhenti lagi di cethik , keluar di kalamwadi , gila lautan rahmat kemudian masuk di guwa garba / rahim perempuan , jatuhnya kenikmatan berada di dasarnya bumi rahmat , disitulah budi membuat istana baitullah yang mulia , kejadiannya dari sabda Kun , jadi berada di tengah – tengahnya jagat sorganya ibu , oleh sebab itulah manusia keblatnya derada di tengahnya jagad , jagadnya manusia itu Gua Sir Cipta namanya , di bawa ke mana – mana tidak berubah , umurnya sudah di tentukan , tidak bisa diajukan dan di undurkan , sudah tertulis di dalam lauhful mahfudz , bejo dan celakanya tergantung dari budi nalar dan pengetahuannya , yang kurang dalam ihtiarnya maka bekuranglah bejo / keberuntungannya , inilah asal muasal dari keblat papat / 4 penjuru mata angin yaitu : wetan , kilen , kidul , ler / timur , barat , selatan , utara .Artinya Wetan :yaitu wiwitan manusia maujut , artinya Kilen / kulon : orang tuwa kita kelon / kelonan / berhubungan intim , artinya Kidul : seorang istri di dudul / di masuki organ intimnya , kemudian artinya Lor : lahir / lahirlah jabang bayi , tanggal sepisan kapurnaman , Por itu artinya : jumbuh , Na itu artinya : ana / ada , Ma artinya : maujut /madep dating ujut / berujut , Jumbuh itu artinya pepak / lengkap , serba ada melingkupi alam sahir dan kabir . Tanggal sepisan /awal waktu manusia terlahir dari seorang ibu bersamaan dengan kakang mbarep adi ragil , Kakang Mbarep Itu kawah / air ketuban , Adi Ragil itu ari – ari , saudara yang terlahir bersamaan tanggal gaib nya , menjaga hidup dan kesadarannya , penjelmaan cahaya , ber ujud cahaya , pintu semua eling / kesadaran , siang dan malam janganlah takut dengan semua kejadian , ingatlah semuanya , terbit dan tengelamnya jangan sampai samar / ragu , dulu sekarang dan besok inilah pengetahuan orang Jawi yang ber agama budha .
Raga itu di ibaratkan kapal , sedangkan sukma adalah nahkodanya sebagai penunjuk arah , apabila kapal berjalan ke arah yang salah karena sang nahkoda maka akan menemui celaka , kapal akan pecah , orangnya rebah . Oleh karena itu harus mapan / teratur dan
terarah selagi kapal masih berjalan , apabila tidak mapan hidupnya , konon lagi matinya pasti juga tidak akan bisa mapan netepi sebagai titah manusia , apabila kapalnya pecah maka pisah dengan nahkodanya , artinya sukma berpisah dengan budi ,itulah yang di sebut sahadat , yaitu pisahnya kawulo dan gosti , Sah artinya pisah , Dat artinya dzatnya Gosti , apabila telah pisah antara raga dan sokma Budinya berganti baittullah , napas tali memuji kepada gosti , apabila telah terpisah raga , sukma dan budi , dalam keadaan mertitis / berangan angan yang tidak – tidak maka matinya akan salah selamanya , ini harus lah sangat berhati hati , ingatlah kepada asal dari kawulo , kawulo / seorang hamba juga wajib dan wenang matur dateng Gosti , meminta baitullah yang baru melebihi dari yang lama , raga dari manusia inilah yang disebut baitullah atau perahu buatan Allah , kejadiannya dari sabda Kun , apabila bitullah nya orang Jawi bisa manitis kepada baitullah lagi yang lebih bagus , sedangkan orang islam baitullah nya tinggal pangroso sedangkan kapalnya telah remuk .Apabila sukma itu mati alam dunia ini nati akan suwong / kosong , tidak ada manusia dan apabila manusia itu terus hidup maka dunia ini akan penuh sesak dengan manusia , berjalannya dari urutan yang tua kemudian yang muda demikian sampai ke pada roh lapisan / roh awal / roh sejati , walaupun sukmanya manusia apabila tekatnya nasar / tidak benar maka akan menjelma menjadi kuwuk / demit
, dan walaupun sukmanya hewan bisa juga menjalma jadi manusia , ( sesuai kehendak dan keadilan yang maha kuasa manusia itu ngunduh wohing pakarti / menuai sesuai apa yang di tanamnya . Ketika batara Wisnu memerintah di kerajaan Medang Kasapto , hewan hewan serta lelembut di cipta menjadi manusia menjadi bala tentaranya , Oleh sebab itu ketika eyang Paduka menjadi raja di kerajaan Gajah Oya bau badan dari orang satu dan yang lainnya berbeda beda sesuai dengan dahulunya ketika masih menjadi hewan .Serat tapak Hyang atau yang sering di sebut Sastrojendro Hayuningrat , terjadi karena darisabda kun , yang di namakan Jithok / punuk / buhul artinya puji thok / pujian saja , dewa yang membuat cahya menyelimuti seluruh badan , artinya incengen aneng cengelmu atau lihatlah pada dirimu sendiri
dari berbagai sumber dan dunia Maya "

Hakekat Hidup

Manusia hidup di dunia ini sebenarnya memiliki dua hakekat. Dua hakekat hidup tersebut sebenarnya juga merupakan janji seorang manusia kepada sang Khalik sebelum manusia dilahirkan ke dunia ini. Dua hakekat hidup itu sendiri juga merupakan perintah Tuhan yang harus dijalankan selama hidup di dunia. Apakah dua hakekat hidup itu?

Masyarakat Jawa mengenal dua hakekat hidup tersebut yaitu tansah eling manembah marang Gusti Allah lan apik marang sak padan-padaning urip. Hakekat hidup yang dikenal oleh masyarakat Jawa tersebut juga dikenal dalam ajaran Islam dengan istilah Hablum Minnallah (selalu menyembah Allah) dan Hablum Minna Nass (berbuat baik pada sesama umat).

Dua hakekat kehidupan tersebut harus senantiasa kita ingat. Pasalnya, jika kita tidak ingat terhadap dua hakekat hidup tersebut, maka kita akan terkena bencana karena ulah kita sendiri. Misalkan, kita tidak berbuat baik terhadap sesama manusia, maka secara langsung maupun tidak langsung, kita tidak akan disenangi manusia lainnya yang ada di sekitar kita. Itu masih masalah hubungan dengan manusia. Nah, kalau hubungan dengan TUhan malah harus lebih baik lagi. Kalau dimusuhi manusia, kita masih bisa berlagak sombong dengan mengatakan tak butuh bantuan dari si fulan yang memusuhi kita, tetapi kalau dimusuhi oleh Gusti Allah, kepada siapa kita berlindung dan meminta pengayoman hidup?

Dua hakekat kehidupan itulah yang harus kita pegang dalam hidup ini. Kalau Anda tidak percaya, silakan Anda mengingkari dua hakekat kehidupan itu dan lihatlah apa yang akan terjadi pada Anda. Oleh karena itu, hayatilah dua hakekat hidup itu sebelum melangkah pada penyembahan Gusti Allah yang maha sempurna. Itu sebagai bukti bahwa kita telah menjalankan apa yang diperintahkan Gusti Allah kang Maha Adil untuk merengkuh CintaNYA.

Memahami Filosofi Leluhur Jawa

Leluhur masyarakat Jawa memiliki beraneka filosofi yang jika dicermati memiliki makna yang begitu dalam. Tetapi, anehnya filosofi yang diberikan oleh para leluhur itu saat ini dinilai sebagai hal yang kuno dan ketinggalan jaman. Padahal, filosofi leluhur tersebut berlaku terus sepanjang hidup. Dibawah ini ada beberapa contoh filosofi dari para leluhur/nenek moyang masyarakat Jawa.

"Dadio banyu, ojo dadi watu" (Jadilah air, jangan jadi batu).

Kata-kata singkat yang penuh makna. Kelihatannya jika ditelaah memang manungso kang nduweni manunggaling roso itu harus tahu bagaimana caranya untuk dadi banyu.

Mengapa kita manusia ini harus bisa menjadi banyu (air)? Karena air itu bersifat menyejukkan. Ia menjadi kebutuhan orang banyak. Makhluk hidup yang diciptakan GUSTI ALLAH pasti membutuhkan air. Nah, air ini memiliki zat yang tidak keras. Artinya, dengan bentuknya yang cair, maka ia terasa lembut jika sampai di kulit kita.

Berbeda dengan watu (batu). Batu memiliki zat yang keras. Batu pun juga dibutuhkan manusia untuk membangun rumah maupun apapun. Pertanyaannya, lebih utama manakah menjadi air atau menjadi batu? Kuat manakah air atau batu?

Orang yang berpikir awam akan menyatakan bahwa batu lebih kuat. Tetapi bagi orang yang memahami keberadaan kedua zat tersebut, maka ia akan menyatakan lebih kuat air. Mengapa lebih kuat air daripada batu? Jawabannya sederhana saja, Anda tidak bisa menusuk air dengan belati. Tetapi anda bisa memecah batu dengan palu.

Artinya, meski terlihat lemah, namun air memiliki kekuatan yang dahsyat. Tetes demi tetes air, akan mampu menghancurkan batu. Dari filosofi tersebut, kita bisa belajar bahwa hidup di dunia ini kita seharusnya lebih mengedepankan sifat lemah lembut bak air. Dunia ini penuh dengan permasalahan. Selesaikanlah segala permasalahan itu dengan meniru kelembutan dari air. Janganlah meniru kekerasan dari batu. Kalau Anda meniru kerasnya batu dalam menyelesaikan setiap permasalahan di dunia ini, maka masalah tersebut tentu akan menimbulkan permasalahan baru.

"Sopo Sing Temen Bakal Tinemu"

Filosofi lainnya adalah kata-kata "Sopo sing temen, bakal tinemu" (Siapa yang sungguh-sungguh mencari, bakal menemukan yang dicari). Tampaknya filosofi tersebut sangat jelas. Kalau Anda berniat untuk mencari ilmu nyata ataupun ilmu sejati, maka carilah dengan sungguh-sungguh, maka Anda akan menemukannya.
 
Namun jika Anda berusaha hanya setengah-setengah, maka jangan kecewa jika nanti Anda tidak akan mendapatkan yang anda cari. Filosofi di atas tentu saja masih berlaku hingga saat ini.

"Sopo sing kelangan bakal diparingi, sopo sing nyolong bakal kelangan"
(Siapa yang kehilangan bakal diberi, siapa yang mencuri bakal kehilangan).

Filosofi itupun juga memiliki kesan yang sangat dalam pada kehidupan. Artinya, nenek moyang kita dulu sudah menekankan agar kita tidak nyolong (mencuri) karena siapapun yang mencuri ia bakal kehilangan sesuatu (bukannya malah untung).

Contohnya, ada orang yang dicopet. Ia akan kehilangan uang yang dimilikinya di dalam dompetnya. Tetapi GUSTI ALLAH akan menggantinya dengan memberikan gantinya pada orang yang kehilangan tersebut. Tetapi bagi orang yang mencopet dompet tersebut, sebenarnya ia untung karena mendapat dompet itu. Namun,ia bakal dibuat kehilangan oleh GUSTI ALLAH, entah dalam bentuk apapun.

Dari filosofi tersebut, Nenek moyang kita sudah memberikan nasehat pada kita generasi penerus tentang keadilan GUSTI ALLAH itu. GUSTI ALLAH itu adalah hakim yang adil.
http://wangsitpandito.blogspot.com/2012/01/memahami-filosofi-leluhur-jawa.html

Menyimak Serat Joyoboyo

Salah satu ajaran untuk mencari kesempurnaan hidup (kasampurnaning urip) adalah dengan mempelajari Layang Joyoboyo. Dalam layang tersebut Sri Aji Joyoboyo menuliskan petuah terhadap generasi mudah khususnya bangsa Jawa untuk tidak melupakan ajaran Kejawen. Layang ini ditulis dengan huruf Jawa asli dan terdapat 75 halaman. Apa saja yang bisa kita pelajari? Dan bagaimana bunyi Layang Joyoboyo tersebut? Inilah kutipannya.

HODJOBROLO :1
Gusti ingkang moho welas asih lan moho wicaksono,ugo Gusti uwes maringi pangerten marang bongso jowo lan djalmo manungso kang ono ing jagat iki.tumindakho kang becik marang sapodo padaning urip. ugo tumindakho kang jujur marang gusti nganggo roso kang ono ing rogo siro,semono ugo gusti bakal maringi balesan  marang opo  kang siro lakokake ing bumi mulyo kene,ugo ing bumi sentoso mengkene
(Gusti yang maha pengasih dan bijaksana, juga Gusti yang memperikan pengertian terhadap bangsa Jawa dan semua manusia di Jagad ini. Bertindaklah yang baik terhadap sesama makhluk hidup. Juga bertindaklah yang jujur terhadap Gusti dengan menggunakan rasa yang ada di ragamu, dengan begitu Gusti akan memberi balasan terhadap apa yang telah kamu lakukan di bumi yang mulya dan sentosa ini)

HODJOBROLO :2
Gusti kang moho mekso,marang ukum kang dadi kekarepane,ugo gusti kang pareng sekso marang sopo kang tumindak cidro. amergo sabdaning gusti kuwi ora ono kang biso ngalang-ngalangi.semono ugo kekarepane gusti
(Gusti yang maha memaksa, terhadap hukum yang jadi kehendakNYA, juga Gusti yang memberikan siksa terhadap siapa saja yang bertindak buruk. Karena sabdanya Gusti itu tidak ada yang bisa menghalang-halangi, begitu juga kehendakNYA)

HODJOBROLO:3
gusti kang moho kuwoso kang njogo langit  sarto bumi ,semono ugo gusti kang moho kuwoso njogo kahuripan kang katon ono ugo kang ora katon,lan sak isine kang ono ing jagat iki,tanpo kuwasane gusti kang moho suci bakal sirno jagad iki ,semono ugo bakal ora ono kahuripan sak iki.
(Gusti yang hama kuasa yang menjaga langit dan bumi, begitu juga Gusti yang maha kuasa menjaga kehidupan yang tampak juga yang tak tampak, dan semua yang ada di jagad ini, tanpa kuasa Gusti yang maha suci bakal sirna jagad ini, begitu juga bakal tidak ada kehidupan sekarang)

HADJOBROLO:4
gusti kang pareng balesan bongso jowo kang ora melu marang dalane gusti ,lan gusti pareng sabda:siro bongso jowo yen percoyo marang gusti turutono opo kang dadi panjaluke gusti,anangeng yen siro ora percoyo,kasengsarane urip siro bakal teko
(Gusti yang memberi balasan terhadap Bangsa Jawa yang tidak ikut terhadap aturan Gusti, dan Gusti memberi sabda: Kalian Bangsa Jawa kalau percaya terhadap Gusti ikutilah apa yang menjadi perintah Gusti, tetapi kalau kalian tidak percaya, kesengsaraan hidup kalian bakal datang)

HADJOBROLO:5
gusti uwes maringi sabdo marang aku kang tak tulis ono ing kitab joyoboyo,bongso jowo kabeh kang nglalekake gusti uripe bakal kurang  sandang lan pangan,ugo lemah kang mahune ijo bakal tak garengake koyo mahune nganti akhir siro kabeh nduweni katentreman
(Gusti sudah memberikan sabda terhadap aku yang kutulis dalam kita Joyoboyo, Bangsa Jawa semua yang melupakan Gusti hidupnya bakal kekurangan sandang dan pangan, juga tanah yang semula subur bakal kering kerontang seperti asalnya hingga akhirnya kalian semua memiliki ketentraman)

HADJOBROLO:6
gusti kang pareng sabdo kajawen diturunake ing tanah jowo soko kuwasane gusti kang moho wicaksono, supoyo bongso jowo kuwi biso nduweni kahuripan kang sampurno ing bumi mulyo kene lan mirangake opo kang dadi panjaluke gusti  anangeng siro biso ngrasake kahuripan yen siro kuwi ing bebayan
(Gusti yang memberi sabda Kejawen diturunkan di tanah Jawa dari kuasa Gusti yang maha bijaksana, supaya bangsa Jawa itu bisa memiliki kehidupan yang sempurna di bumi yang mulya ini dan mendengarkan apa yang menjadi perintah Gusti dan kalian bisa merasakan kehidupan saat dalam keadaan bahaya)

HODJOBROLO:7
gusti kang njunjung drajat kahuripane kawulo lan iki kang dadio sabdaning gusti marang bongso jowo kabeh,kang iseh mangerteni marang opo kang dadi kekarepane gusti,semono ugo gusti bakal njunnjung derajat kasengsarakane uripe bongso jowo yen bongso jowo kuwi mangerteni ukume gusti
(Gusti yang menjunjung derajat kehidupan rakyat dan ini yang menjadi sabda Gusti terhadap bangsa Jawa semua, yang masih memahami terhadap apa yang menjadi perintah Gusti, dengan demikian Gusti akan menjunjung derajat kesengsaraan hidup bangsa Jawa ketika bangsa Jawa itu mengerti hukumnya Gusti)

hODJOBROLO:8
siro bongso jowo sejatine nduweni pangomongane gusti kang moho kuwoso kang pareng pepadange kahuripan,supoyo dalan siro kang peteng biso dadi padang,anangeng siro bongso jowo malah ngalekake pangomongane gusti kang tinulis ono kitab joyoboyo
(Kalian bangsa Jawa sejatinya dipelihara Gusti yang maha kuasa yang memberi terang kehidupan, supaya jalan kalian yang gelap bisa menjadi terang, tetapi kalian bangsa Jawa malah melupakan Gusti yang memelihara kalian seperti yang tertulis di kitab Joyoboyo)

HODJOBROLO:9
siro bongso jowo arep nyuwun opo maneh marang gusti sebab kadegdayan kabeh uwes ono ing rogo siro lemah kang mahune gareng biso telesake ,ugo lemah kang mahune teles biso siro garengake yen siro kuwi percoyo marang kuwasane gusti,sebab kahuripane bongso jowo kang ora percoyo marang gusti bakal nemokake kasengsaran kang gede ing tembe mburine
(Kalian bangsa Jawa mau memohon apa lagi pada Gusti sebab semua kejadian sudah ada di raga kalian. Tanah yang tadinya kering bisa menjadi basah, juga tanah yang tadinya basah bisa kalian keringkan kalau kalian percaya terhadap kuasa Gusti, sebab kehidupan bangsa Jawa yang tidak percaya terhadap Gusti akan menemukan kesengsaraan yang besar di belakang hari).

HODJOROLO :9
Gusti kang pareng sabdo bongso jowo ,yo kuwi bongso kang wiwitan kang dadi ciptakane gusti kang teko ing bumi mulyo iki kang nggowo kuasane gusti ,sak durunge ono jalmo manungso ,anangeng sabdaning gusti kang uwes katulis ingkitab joyoboyo:siro bongso jowo yen bumi mulyo iki uwes kebak karo jalmo manungso kang dadi ciptakane gusti.siro bongso jowo bakal lali marang agama peparingane gusti marang isine kitab joyoboyo
(Gusti yang memberi sabda pada bangsa Jawa, yaitu bangsa awal yang menjadi ciptaan Gusti yang datang di bumi yang mulya ini yang membawa kuasa Gusti sebelum ada manusia, sabda Gusti yang sudah tertulis dalam kitab Joyoboyo: Kalian bangsa Jawa jikalau bumi mulya ini sudah penuh dengan umat manusia yang menjadi ciptaan Gusti, kalian bangsa Jawa bakal lupa terhadap agama (tuntunan) pemberian Gusti lewat isi Kitab Joyoboyo)

HODJOROLO 10
Gusti kang moho mriksani marang kedadean kang nyoto,marang tumindake bongso jowo kang ora nerimo marang peparingane gusti kang mohosuci.banjur gusti pareng sabdo:yen tanah jowo katekan jalmo manungso liyo kang dadi ciptakane gusti .agamo jowo lan isine kitab joyoboyo kang ditules bongso jowo bakal tak sirnakake dene kuwasane gusti kang moho suci
(Gusti yang maha melihat terhadap kejadian yang nyata, pada tindak-tanduk bangsa Jawa yang tidak bersyukur terhadap pemberian Gusti yang maha suci. Maka Gusti akan memberi sabda: Jika tanah Jawa sudah kedatangan manusia lain yang menjadi ciptaan Gusti. Agama (tuntunan) Jawa dan isi kitab Joyoboyo yang ditulis bangsa Jawa bakal aku sirnakan dengan kuasa Gusti yang maha suci)

HODJOROLO:11
Lan bongso jowo ora bakal iso maneh mangerteni marang agamane bongso jowo kang tekane soko gusti.banjur goro goro kuwi teko lan ndadekake kahurioane bongso jowo,lali marang asal usule lan ninggalake marang wekasane gusti kang moho suci kang uwes katulis ono ing kitab joyoboyo kanggone bongso jowo
(Dan bangsa Jawa tidak bakal bisa lagi memahami terhadap agama (tuntunan) bangsa Jawa yang datangnya dari Gusti. Karena lantaran itu datang dan menjadikan kehidupan bangsa Jawa, lupa terhadap asal-usulnya dan meninggalkan terhadap pesan Gusti yang maha suci yang sudah kutulis dalam kitab Joyoboyo terhadap bangsa Jawa)

HODJOROLO:13
Gusti kang pareng dawoh :bongso kang mahune diparingi kadegdayan marang gusti ,malah ditinggalake. nganti akhire sabdoning guti kuwi teko ,ngrusak kahuripane bongso jowo ,lan bongso jowo sopo wahe kang ora mirengake opo kang dadi kekarepane gusti,ugo ninggalake marang wekasane gusti bakal keno ukumane gusti kang gedhe ,semono ugo siro kabeh bakal ora bakal biso nyuwun panguksumo,kajoboi nrimo marang ukumane gusti kang pareng sikso marang bongso jowo kang uwes katukis ono kitab joyoboyo
(Gusti yang memberi perintah: bangsa yang tadinya diberi kesaktian oleh Gusti, malah ditinggalkan. Hingga akhirnya sabda buruk itu datang, merusak kehidupan bangsa Jawa, dan bangsa Jawa siapa saja yang tidak mendengarkan apa yang menjadi perintah dan meninggalkan pesan Gusti bakal terkena hukuman yang besar, begitu juga kalian semua bakal tidak bisa minta ampun, kecuali menerima terhadap hukuman Gusti yang memberikan siksa terhadap bangsa Jawa yang sudah tertulis dalam kitab Joyoboyo)

LAYANG JOYOBOYO (2) 
HOSOROPOLO
Gusti pareng dawuh marang aku: siro bongso jowo sejatine uwes diparingi gusti kadegdayan ,kanggo kaperluane siro sak bendinane  awet tanah jowo kang mahune gundul gusti dadekake ijo supyo siro bongso jowo biso krasan marang panggenan kang anyar iki
(Gusti memberi perintah pada diriku: Kalian bangsa Jawa sejatinya sudah diberi Gusti kesaktian, untuk keperluan kalian setiap harinya karena tanah Jawa yang tadinya gundul dibuat hijau supaya kalian bangsa Jawa bisa kerasan di tempat yang baru ini)

HOSOROPOLO
Anangeng  sabdaning gusti kang tak tulis ono kitab joyoboyo kanggone siro bongso jowo ,gusti pareng dawoh siro bongso jowo bakal ninggalake agomo peparingane gusti kang moho suci,lan gusti pareng sabdo siro bongso jowo bakal lungo adoh kanggo nggoleki asmane gusti ,siro dewe ora bakal duwe ketentreman yen siro kuwi lali marang asmane gusti kang uwes temurun kanggone siro kabeh ing tanah jowo
(Tetapi sabda Gusti yang kutulis di kitab Joyoboyo bagi kalian bangsa Jawa, Gusti memberi kabar kalian bangsa Jawa bakal meninggalkan agama (tuntunan) pemberian Gusti yang maha suci, dan Gusti memberikan sabda terhadap kalian bangsa Jawa bakal pergi jauh untuk mencari asma (nama) Gusti, kalian sendiri tidak bakal memiliki ketentraman kalau kalian lupa terhadap asma (nama) Gusti yang sudah diturunkan untuk kalian semua di tanah Jawa) 

HOSOROPOLO
Sebab sabdoning gusti kang uwes tak tulis ono kitab joyoboyo kanggone siro malah siro tinggalake.menyang monco endi wahe siro lungo lan iki sabdaning gusti ,bongso jowo ora bakal nduwe ketentreman nganti wanci bali ono ing ngersane gusti
(Sebab sabda dari Gusti yang sudah kutulis di kitab Joyoboyo untuk kalian malah kalian tinggalkan. Pergi keluar negeri mana saja kalian dan ini sabda Gusti, bangsa Jawa tidak bakal memiliki ketentraman hingga saat kembali ke haribaan Gusti)

HOSOROPOLO
Amergo pangerteni gusti kuwi luwih duwur katimbang siro bongso jowo kang diparing gusti : budi, roso,pikiran lan angen2 ,supoyo siro biso mangerteni marang dununge kahuripan kang tekane soko gusti ,anangeng djalmo manungso kang dadi ciptane gusti kuwi,ngendiko marang siro,iki sejatine agamane siro ,sejatine jalmo manungso kuwi ngapusi marang siro sebab siro jalmo manungso wiwitan  teko ono ing jagat kang nggowo agamane gusti
(Karena pemahaman terhadap Gusti itu lebih tinggi daripada kalian bangsa Jawa yang diberi Gusti: budi, rasa, pikiran dan angan-angan, supaya kalian bisa memahami terhadap keberadaan hidup yang datangnya dari Gusti, tetapi umat manusia yang menjadi ciptaan Gusti itu, berkata terhadap kalian, ini sjeatinya agama kalian, sejatinya manusia itu menipu terhadap kalian sebab kalian adalah manusia pertama yang datang di jagad dengan membawa agamanya Gusti)

HOSOROPOLO

Gusti kang pareng sabdo ; bongso jowo kabeh kang ono ing jagat iki bakal ora mirengake maneh marang ngendikane gusti awit sabdoning gusti uwes luweh disik teko
(Gusti yang memberi sabda: bangsa Jawa semua yang ada di jagad ini bakal tidak mendengarkan lagi terhadap perintah Gusti sebab sabda Gusti sudah datang terlebih dahulu)

HOSOROPOLO
Banyu kang mahune resik bakal dadi reget yen siro bongso jowo kuwli lali marang wekasane gusti ,ugo asmane gusti kang manggon ono ing roso siro.bakal sirno soko kahuripane bongso jowo semono ugo kasumparnane gusti kang papat kang ditetesake ing bumi suci bakal sirno soko kahuripane siro
(Air yang tadinya bersih bakal menjadi kotor jika kalian bangsa Jawa lupa terhadap perintah Gusti, juga asma (nama) Gusti yang tinggal di dalam rasa kalian. Bakal sirna dari kehidupan bangsa Jawa begitu juga empat kesempurnaan Gusti yang diteteskan di bumi suci ini bakal sirna dari kehidupan kalian)

HOSOROPOLO
Gusti kang moho kuwoso kang pareng keslametan dumateng kawulo rino klawan wengi  among panjenengane gusti kulo pasrahaken gesang lan sedoh kawulo sirno bebayan sakeng  kuwoso panjenengan kagem sak lawase lan iki kang dadi sabdaning gusti marang bongso jowo kang isih mangerteni kuwasane gusti
(Gusti yang maha kuasa yang memberi keselamatan padaku siang dan malam, hanya padaMU Gusti saya pasrahkan hidup dan matiku sirna semua bahaya dari kuasaMU untuk selamanya dan ini yang menjadi sabda Gusti terhadap bangsa Jawa yang masih memahami kuasanya Gusti)
http://wangsitpandito.blogspot.com/2012/01/menyimak-serat-joyoboyo.html